Sebelum Semenanjung Korea dianeksasi
oleh Jepang pada tahun 1910, wilayah tersebut dikuasai oleh serangkaian
kerajaan yang didirikan pendatang yang kebanyakan berasal dari Cina. Apa
saja yang telah terjadi di balik berbagai berita mengenai Korea Utara
saat ini sejak tahun 1910 itu? Radio Australia melihat kembali berbagai
kejadian sejarah penting di semenanjung tersebut.
Seperti yang terjadi pada banyak negara lainnya, termasuk
Indonesia, akhir Perang Dunia II menggoreskan berbagai perbatasan baru.
Di Korea, Uni Soviet dan Amerika Serikat membelah Korea menjadi dua,
yang kemudian secara resmi membentuk Rakyat Demokratik Republik Korea
Utara dan Republik Korea, dua sisi Korea yang kini terbelah di 38
derajat lintang utara –dan ini kenapa perbatasan antara kedua negara
sering disebut sebagai ‘38th parallel’.
Dalam
dua tahun berikutnya, ketegangan antara kedua Korea ini terus
meningkat. Pada tanggal 25 Juni 1950, militer Korea Utara menyeberangi
perbatasan dan melakukan invasi atas Korea Selatan. Tindakan ini memulai
Perang Korea yang berlangsung selama tiga tahun dan memakan korban
sekitar dua juta nyawa. Gencatan senjata terjadi pada tahun 1953.
Yang
menarik, karena perjanjian perdamaian tidak pernah ditanda tangani,
sampai sekarang kedua negara tersebut secara ‘resmi’ masih dalam kondisi
perang.
Sejak 1948, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan
telah didominasi oleh pertanyaan tentang reunifikasi atau penyatuan
kembali . Ketika Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung, mulai berkuasa
pada tahun 1998 ia mengumumkan ‘Sunshine Policy’ , sebuah kebijakan yang bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Pada
tahun 1994, kematian Kim Il-Sung membawa Kim Jong-Il menggantikan
ayahnya sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pada tahun yang sama, Korea
Utara setuju untuk menghentikan program nuklirnya dan memulai beberapa
hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat.
Pelunakan hubungan ini
juga terlihat pada tanggal 13-15 Juni tahun 2000, ketika pertemuan
tingkat tinggi antar Korea diadakan untuk pertama kalinya.
‘Sunshine Policy’
mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002 ketika AS mengumumkan
Korea Utara telah kembali memulai program rahasia senjata nuklir. Hal
itu menyulut ketegangan antara AS dan Korea Selatan dengan Korea Utara.
Dalam
pidato pelantikan Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun tanggal 25
Februari 2003, dia berjanji akan membangun Korea Selatan menjadi ‘pusat
Asia Timur Laut', untuk meningkatkan hubungan antar Korea dan memimpin
Korea Selatan menuju 'era perdamaian dan kemakmuran'.
Pertemuan
Tingkat Tinggi antar Korea kembali diselenggarakan pada tanggal 2–4
Oktober 2007 di Pyongyang. Kim Jong-Il memberikan hadiah kepada Presiden
Roh Moo-Hyun berupa 4 ton ‘songi’ (jamur matsutake) senilai 2,6 juta
dollar Amerika. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan
hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung
Korea dan kesejahteraan rakyat Korea dan penyatuan Korea.
Menyusul
ketegangan yang terus terjadi antara dua negara karena Korea Utara
terus melakukan uji coba nuklir, dan peluncuran artileri dari Korea
Utara yang menyebabkan kematian dua warga sipil dan dua anggota militer
Korea Selatan, pada November 2010, Kementrian Penyatuan Korea Selatan
secara resmi menyatakan bahwa ‘Sunshine Policy’ gagal, dan membawa kepada berakhirnya kebijakan tersebut.
Pada
tanggal 17 Desember 2011, Kin Jong-Il meninggal setelah menderita
serangan jantung, dan putranya, Kim Jong-Un, diumumkan sebagai
pengganti.
Tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong-Un menyampaikan pesan
tahun baru melalui siaran televisi, menyerukan untuk membina hubungan
lebih baik dengan Korea Selatan.
Tapi pada bulan Februari 2013,
Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3, yang dikatakan dua kali
lebih besar dibandingkan uji coba pada tahun 2009.
Dan pada April
2013, Korea Utara mengatakan bahwa mereka akan memulai fasilitas nuklir
utamanya di Yongbyon, yang dikatakan akan meningkatkan kekuatan nuklir
Korea Utara secara kualitas maupun kuantitas.
sumber:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-05/sejarah-di-balik-ketegangan-korea-utara-dan-korea-selatan-kilas-balik/1112046