Minggu, 07 Juli 2013

MENGAPA SETIR NEGARA INDONESIA SEBELAH KANAN ?

Left-driving countries adalah negara yang warga negaranya menggunakan lajur kiri jalan untuk berkendara, sehingga posisi setir atau kemudi pada mobil ada di sebelah kanan. Contoh paling gampang adalah yang berlaku di Indonesia. Negara lainnya yang menganut sistem yang sama adalah United Kingdom (Britania Raya), Jepang, Australia, India, Singapura, dan Malaysia.

Asal usul penggunaan kemudi di sebelah kanan ini sendiri diperkirakan berasal dari kebiasaan Ksatria di Kerajaan Inggris semasa perang yang memakai kereta perang, agar memudahkan ketika akan beradu pedang dengan musuhnya yang ada di sebelah kanan (sisi pedang) karena biasanya orang menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam pedang. Dari kebiasaan penggunaan kereta perang tersebut tersebut kemudian dilanjutkan peletakan kemudi pada mobil.

Sebaliknya, right-driving countries adalah negara yang warga negaranya menggunakan lajur kanan jalan untuk berkendara, sehingga posisi setir atau kemudi pada mobil berada di sebelah kiri. Contoh: Amerika Serikat, mayoritas negara Eropa (kecuali Britania Raya) dan China.

Dan ternyata Indonesia tergolong minoritas di dunia dalam menggunakan lajur kiri jalan alias left-driving country. Dari data yang ada, hanya 75 negara (termasuk Indonesia) yang menganut left-driving, sedangkan yang menganut right-driving ada 165 negara. Begitu juga jika dilihat dari statistik populasi penduduk, maka 34% penduduk dunia berasal dari left-driving countries, sedangkan 66% sisanya berasal dari right-driving countries. Berikut peta sebaran left vs right driving countries di dunia saat ini.

Mengapa Indonesia menjadi left-driving countries? Tidak ada sejarah yang jelas mengenai hal tersebut. Namun demikian saya mencoba menganalisisnya. Ada beberapa faktor yang kemungkinan berpengaruh besar terhadap gaya berkendara orang Indonesia, yaitu:
Mayoritas mobil yang ada di pasaran Indonesia adalah buatan Jepang yang notabene berasal dari left-driving country. Sedangkan mobil Eropa yang menggunakan aturan right-driving countries kurang laku di pasar Indonesia.
Posisi Indonesia "terjepit" oleh negara-negara commonwealth (persemakmuran) seperti Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia yang jelas-jelas berkiblat pada Britania Raya yang menganut left-driving countries. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kebiasaan masyarakat dan politik dagang negara kita.
Pada masa penjajahan Belanda, para pejabat Belanda memakai mobil-mobil mewah produksi pabrikan Inggris. Meskipun Mercedes dan BMW pada masa itu sudah memproduksi mobil yang cenderung mewah, tapi pada zaman tersebut merk mobil di atas belum menjadi simbol kemewahan seperti Rolls Royce dan Jaguar buatan Inggris. Hal ini kemudian berlanjut pada awal kemerdekaan dimana mobil pejabat menggunakan mobil pabrikan Inggris dengan kemudi di sebelah kanan.
Dan terakhir adalah analisis menurut budaya. Kita sebagai orang Indonesia, dimana bila kita berjalan dengan orang yang lebih muda ataupun dengan wanita, maka kita sebagai lelaki harus berada di sebelah kanan untuk melindungi orang tersebut. Jika dihubungkan dengan kemudi yang berada di sebelah kanan, maka yang berpotensi terkena bahaya duluan ketika di jalan adalah orang yang berada di sebelah kanan yaitu pengemudi. Sehingga diharapkan pengemudi akan mengendarai dengan hati-hati dan melindungi semua penumpangnya.

Negara yang Berpindah Aturan

Pada tanggal 7 September 2009, Samoa (189.000 penduduk) menjadi negara pertama di dunia mengubah aturan dari right-driving menjadi left-driving. Samoa sebelumnya menganut right-driving sejak lama karena menjadi koloni Jerman pada awal abad ke-20, meskipun Samoa dikelola oleh Selandia Baru setelah Perang Dunia Pertama dan meraih kemerdekaan pada 1962. Perdana Menteri Tuilaepa Sailele Malielegaoi mengubah aturan untuk membuatnya lebih mudah untuk impor mobil murah dari Jepang, Australia dan Selandia Baru.



sumber:
http://www.berbagaihal.com/2011/05/asal-usul-kemudi-mobil-berada-di.html

Sampai Kapan Android Mendominasi Pasar OS Dunia

Perkembangan smartphone di tahun 2012 memang mencapai puncaknya. Menurut perhitungan lembaga survey Gartner, pada kuartal 4 tahun 2012 lalu, jumlah smartphone yang terjual mencapai 207 juta unit lebih, naik dari kuartal 4 tahun 2011 yang mencapai 150 juta unit.

Sebagian besar penjualan dinikmati oleh platform Google Android, yang memiliki pangsa pasar 69,7 persen dengan unit terjual mencapai 144,72 juta unit. Ini merupakan kenaikan pesat dibanding Q4 tahun 2011 dimana pangsa pasar Android masih 51,3 persen dengan unit terjual sebanyak 77 juta buah.

Mengikuti di urutan kedua adalah iOS dengan pangsa pasar 20,9 persen. Meski masih memiliki kenaikan jumlah unit terjual (naik tipis dari 35 juta ke 43 juta), namun pangsa pasar Apple justru berkurang, dimana pada kuartal 4 tahun 2011 pangsa pasar mereka mencapai 23,6 persen.


Sistem operasi Android baru saja menjungkalkan Symbian, sebagai OS mobile terpopuler di dunia. Ini adalah tonggak yang penting bagi Google dan memberikan sinyal bahwa Android memang akan mendominasi ranah ponsel sejagat.

Kira-kira, apa sebabnya Android bisa melesat dan menguasai pasar smartphone dengan cepat? Berikut ada delapan alasannya, seperti dikutip detikINET dari eWeek,

1. Setiap Versi Bertambah Baik

Dengan upgrade rutin yang dilakukan, setiap versi Android dijamin semakin baik performa maupun fiturnya. Versi terbaru yakni Android 3.0 atau Honeycomb menjanjikan penambahan kualitas yang signifikan.

2. Smartphone Android Memang Bagus

Kesuksesan Android tidak lepas dari smartphone pengusung OS ini, yang memiliki bermacam fitur bagus. Sebut saja Droid X, Galaxy S sampai HTC Evo memiliki banyak kelebihan sehingga konsumen tertarik membelinya.

3. Membiarkan RIM Terlena

Pada awalnya, Google seakan terkesan membiarkan BlackBerry dari RIM menguasai pasar enterprise. Penjualan Android lebih terfokus pada konsumen umum. Namun setelah sukses di pasar consumer, kini Android mulai membidik pebisnis dan makin banyak kalangan korporat memakai Android ketimbang BlackBerry.

4. Dengan Sedikit Model, Apple Tidak Dapat Melawan Android

Dengan hanya memasarkan iPhone 3GS dan iPhone 4, Apple semakin kelabakan melawan Android. Lusinan smartphone Android bukanlah lawan yang sebanding meski iPhone sebenarnya masih sangat laris.

5. Penurunan Pangsa Pasar Microsoft

Peruntungan Microsoft di ranah OS mobile kurang baik belakangan ini. Peluncuran Windows Phone 7 dinilai terlambat dan pangsa pasar mereka menurun. Hal ini memberi celah bagi Android meraih semakin banyak kue pasar smartphone.

6. Nokia Sempoyongan

Dari yang semula sangat dominan menguasai arena smartphone, Nokia kini mulai sempoyongan. Salah satu alasannya, OS Symbian yang kukuh mereka pakai dianggap ketinggalan zaman dibandingkan Android. Jadilah konsumen mulai banyak melirik OS robot hijau.

7. Dukungan Vendor Kelas Atas

Dukungan penuh vendor kelas atas amat membantu melonjakkan popularitas Android. Bahkan mungkin tanpa dukungan nama-nama seperti Samsung, Motorola dan HTC yang menyajikan ponsel berkelas, Android tidak bakal sesukses sekarang.

8. Keampuhan Merek Google

Reputasi merek Google yang hebat membuat para konsumen tidak meragukan Android. Mereka sepertinya memercayai Android akan memberikan sebuah pengalaman memakai smartphone yang bisa mereka nikmati. 






sumber:
source : http://www.detikinet.com 

 
 

BLSM: Demi Rakyat atau Demi Partai Politik

Pemerintah berharap, dampak naiknya harga BBM bisa diredam dengan BLSM, Raskin, Bantuan Siswa Miskin, Program Keluarga Harapan dan program infrastruktur dasar khususnya di pedesaan.
Program BLSM sudah mulai dicairkan. Celakanya, selama penyaluran BLSM tahap I ini, terungkap banyak kesalahan data; penerimanya sudah meninggal, tidak dikenal atau pindah alamat; banyak warga miskin yang seharusnya dapat BLSM justru terlewat, dan masalah lainnya. Maka alih-alih meredam masalah, penyaluran BLSM justru berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat meski skalanya terbatas. Wajar saja sejumlah kepala desa di Sukabumi menolak menyalurkan BLSM untuk saat ini.

Sudahlah begitu, besaran BLSM pun minim dibandingkan naiknya biaya yang harus ditanggung. Begitu harga BBM naik rata-rata 33,3 % (premium naik 44,4 % dan solar naik 22,3 %), ongkos transportasi pun naik rata-rata 20 – 35 persen. Naiknya ongkos transportasi dibarengi oleh lonjakan harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Bahkan, lonjakan harga-harga ini sudah menghantam rakyat sebelum harga BBM dinaikkan, yakni sejak wacana kenaikan harga BBM bergulir. Begitu harga BBM naik saat ini, harga yang sudah naik itu pun naik lagi. Lonjakan itu makin terasa dan boleh jadi akan berlanjut dengan makin dekatnya bulan Ramadhan dan lebaran, serta berbarengan tahun ajaran baru.

Isu kebijakan pemerintah yang menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diiringi pemberia Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) akan dimanfaatkan oleh partai politik. Dimana, setiap partai akan mengaku bahwa program BLSM tersebut adalah rancangan partainya. Dengan mengklaim BLSM rangangan setiap partai, maka masyarakat akan dengan sendirinya menilai bahwa partai politik tersebut pro rakyat. Hal ini dilakukan partai-partai politik demi Pilpres pada 2014. Instrumen politik yang akan dipakai partai yakni klaimisasi bahwa produk ini (BLSM) buatan masing-masing partai. Pada ujungnya akan memanfaatkan.



sumber:
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/06/26/kenaikan-harga-bbm-atasnamakan-rakyat-menzalimi-rakyat/

Kenaikan Harga BBM dan Daya Beli Masyarakat

kenaikan BBM ini menimbulkan pro kontra di tingkat elit dan masyarakat, sesungguhnya bukan persoalan pro atau kontra. Tidak hanya pada naiknya harga BBM atau berkurangnya “surplus” dari BBM untuk RAPBN, atau jebolnya APBN tahun 2012, melainkan adalah  dengan terjadinya kenaikan harga BBM di pasar International menyebabkan Subsidi membengkak yang akan membebankan APBN tahun 2012. Dengan asumsi harga USD 90 barel, yang memerlukan penyesuaian Asumsi APBN menjadi USD 115/barel dengan cara mengurangi Sub Sidi BBM, maka  Pemerintah terutama premium akan mengalami kenaikan sekitar 33%-56% yaitu dari Rp. 4.500 menjadi antara Rp. 6.000-Rp.7.000,-/liter, dan rencana ini telah digulirkan semenjak bulan februari tahun 2012.

Fakta tersebut dinilai banyak pihak pemerintah tidak pernah serius dan malas untuk mencari solusi yang berpihak kepada rakyat, jika Pemerintah serius tentunya kenaikan BBM bukan solusi utama, melainkan kebijakan yang pro rakyat merupakan solusi yang harusnya menjadi pilihan Pemerintah.

 Sedangkan kondisi masyarakat, persoalan naik atau tidak naik, sesunggunya bukan persoalan, namun yang menjadi persoalan daya beli masyarakat sangat rendah. Apalagi kenaikan BBM justru memiliki multiflier efeck negatif terahadap semua aspek ekonomi masyarakat, tentunya akan membuat daya beli masyarakat akan semakin rendah, persoalan utama, apakah ada kesungguhan pemerintah untuk untuk meningkat daya beli masyarakat (???). sehingga solusi kenaikan BBM cenderung menekan daya beli masyarakat lebih dalam, tentunya akan meningkatkan jumlah masyarakat miskin, termasuk akan mengurangi nilai kenaikan upah dan gaji buruh dan PNS yang lebih dalam, dan kenaikan justru terjadi penurunan kesejahteraan, begitu juga dengan petani, dan masyarakat miskin akan semakin meningkat.

Sesungguhnya kenaiakan BBM ditingkat masyarakat, bukan persoalan, melainkan yang menjadi persoalan adalah daya beli masyarakat yang masih rendahnya, maka untuk itu, daya beli masyarakat yang terukur dalam pendapatan masyarakat melalui program yang menyentuh langsung kepada masyarakat merupakan tindakan yang segera dilakukan, disamping kebijakan lain yang berkaitan dengan efesiensi penggunaan BBM juga sangat penting untuk dilaksanakan oleh Pemerintah.



sumber : http://jejakdanpendapatsyamsulbahri.blog.com/2012/04/05/polemik-bbm-dan-daya-beli-masyarakat/