Gagasan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo perihal program kebijakan
nomor polisi ganjil-genap yang rencananya diberlakukan pada Maret 2013
di DKI Jakarta dinilai tidak didukung dengan sarana transportasi yang
memadai. Dampak dari kebijakan tersebut, jutaan orang yang masuk Ibu
Kota setiap hari akan "melepas" kendaraan dan bergantung pada sarana
transportasi yang ada.
Perkembangan pertumbuhan moda transportasi di Jakarta,
khususnya untuk mendukung kebijakan ganjil-genap, dinilai belum mampu
menampung dampak kebijakan itu, baik dilihat dari segi penambahan rute
maupun sarana transportasi yang tersedia.
Paling tidak dibutuhkan sekitar 10.000 bus baru on top
dari sekarang untuk bisa mengakomodasi 2 juta orang itu. Itu yang
penting, evaluasi betul dari program ini sebelum dijalankan.
Dalam suatu acara dengar pendapat persoalan ganjil-genap,
pernah disampaikan kepada Gubernur agar terlebih dahulu mendorong dari
segi transportasi. Baru setelahnya, program ganjil-genap bisa dijalankan
di DKI Jakarta.
Pengawasan lemah, rawan pelanggaran
Selain
sarana transportasi yang dinilai belum siap, hal yang mengkhawatirkan
efek berantai dari penerapan kebijakan ganjil-genap bisa berdampak pada
kepatuhan masyarakat berlalu lintas. Apabila kebijakan tersebut berlaku
tanpa persiapan, lanjutnya, pelanggaran oleh pengendara kendaraan bisa
saja terjadi.
Misalnya, dengan memalsukan pelat nomor atau dengan
memalsukan stiker ganjil-genap.Ini sangat mengkhawatirkan untuk perlakukan
pelanggarannya.
Mengenai
tidak memungkinkannya pengawasan aparatur kepolisian dari segi jumlah
personel berbanding dengan jumlah kendaraan yang ada dengan penerapan
kebijakan tersebut.
Itu yang akan menjadi taruhannya kalau meletakkan program. Secara kredibilitas tinggi, tetapi rendah pengawasan.
Di
satu sisi, pemprov DKI juga harus meninjau dari segi
mobilitas masyarakat Jakarta dari penerapan kebijakan tersebut. Pemprov
DKI diminta melihat apa kebijakan tersebut berimplikasi terhadap
mobilitas masyarakat, hak asasi dalam berkendara, dan perekonomian
Jakarta, khususnya.
Demi mengurangi kemacetan, kebijakan tersebut, tetap perlu dilakukan public hearing. Sosialiasi kebijakan tersebut bisa berupa detail persis mengenai program ganjil-genap.
Dulu pernah disarankan ganjil-genap perlu persiapkan lebih matang. Waktu
itu diusulkan enam bulanlah dari sekarang dengan dialog publiknya.
Sekarang ini informasi detail belum, seperti titik dan wilayah mana saja
akan diberlakukan ganjil-genap.
Sebelumnya, Jokowi
pernah menyebut kebijakan ganji-genapnya sebagai salah satu upaya
"radikal" mengatasi kemacetan Jakarta. Kebijakan tersebut sendiri diakui
Jokowi bakal menuai pro dan kontra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar