Selasa, 30 November 2010

Lapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

            Tujuan dari dibentuknya lapisan ini adalah untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem pelapisan inil ditentukan secara tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Sistem pelapisan ini misalnya dalam organisasi pemerintahan, organisasi kepartaian, perusahaan-perusahaan besar, dan lainnya. Sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem, yaitu :
Sistem fungsional : Pembagian kerja pada kedudukan yang tingkatnya- berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
Sistem scalar : Pembagian kekuasaan menurut jenjang dari bawah ke atas.
Kelemahan dari sistem ini, yaitu :
1. Terjadi kelemahan dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
2. Membatasi kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tapi karena kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinan mengambil inisiatif

PERBEDAAN SISTEM
PELAPISAN MENURUT SIFAT
Sistem Pelapisa Masyarakat yang Tertutup
Di dalam sistem ini pemindahan anggota ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi , kecuali ada hal yang istimewa( kelahiran).
Kasta Brahmana : yang merupakan kasta-kastanya golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.
Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga
Kasta Sudra : merupakan kasta dari rakyat jelata
Paria : adalah golongan mereka yang tidak mempunyai kasta. Misalnya gelandangan
Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka
Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka; dalam sistem ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke pelapisan yang dibawahnya atau naik ke lapisan yang diatasmya, contohnya pada masyarakat Indonesia sekarang ini.
• BEBERAPA TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang nemninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasarkan salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi atau aspek politik saja, tetapi ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran secara komprehensif.
Selanjunya ada yang membagi pelapisan masyarakat kedalam jumlah yang lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua atau lebih).
Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti berikut ini :
1. Masyarakat terdiri dari kelas atas dan kelas bawah
2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yakni kelas atas, kelas menengah, kelas bawah
3. Ada juga kelas atas, kelas menengah, kelas menengah ke bawah, kelas bawah
Aristoteles : Mengatakan bahwa dalm tiap-tiap negara memiliki tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, meraka yang berada di tengah-tengah.
Prof. DR. Selo S & Soelaiman S. SH. MA: Selama di dalam masyarakat ada sesuatu yan dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Vilfredo Pareto : Ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan elite dan golongan non elite. Pangkal dari perbedaan itu karena ada orang yang memiliki kecakapan, wata, keahlian dan kepasitas yang berbeda-beda.
Gaotano Mosoa “The Ruling Class” : Di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai pada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan yang diperintah. Kelas pertama jumlahnya selalu sedikit, menjalankan peran-peran politik, monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu. Sebaliknya yang kedua, kelas yang diperintah, jumlahnya lebih banyak di arahkan dan diatur oleh kelas yang pertama.
Karl Marx : Ada dua macam kelas di dalam masyarakat, yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produkasi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya mempunyai tenaga yang disumbangkan dalam proses produksi.
Ukuran kekayaan :Ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran; barangsiapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, temasuk lapisan sosial paling atas.
Ukuran kekuasaan : Barangsiapa yang mempunyai kekuasaan atau wewenang terbesar, menempati lapisan sosial teratas
Ukuran kehormatan : Ikuran ini terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, menduduki lapisan sosial teratas.
Ukuran ilmu pengetahuan : Ilmu pengetahuan dipakai ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran ini kadang-kadang menjadi negatif, karena ternyata bukan ilmu yang menjadi ukuran tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala mecam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.
Ukuran-ukuran yang ada diatas tidaklah bersifat limitatif (terbatas), tetapi ukuran-ukuran diatas yang menonjol sebagai dasar timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat. Jadi kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
• KESAMAAN DERAJAT
Hubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik, artinya orang-orang itu sebagai masyarakatnya mempunyai hak dan kewajiban, terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara.
PERAN UMAT BERAGAMA DALAM AGAMA DAN MASYARAKAT

          Agama-agama mempunyai banyak kesamaan ketika berperan di tengah-tengah hidup dan kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam rangka mensejahterakan masyarakat, agama berperan agar terjadi perubahan sosial dengan harapan manusia mempunyai kualitas hidup yang lebih baik. Semua peran itu, memang bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, namun alangkah baiknya jika semua agama bisa melakukannya secara bersama.

          Pada umumnya, umat beragama menyadari dan memahami bahwa TUHAN yang menciptakan manusia. Ia memberi mandat kepada manusia untuk mengolah, menata, merawat, dan memanfaatkan hasil ciptaan-Nya. Agama-agama juga menyadari bahwa, mandat itu hanya bisa dilaksanakan dengan baik, jika dilakukan secara bersama, serta semua kapasitas dan kemampuan manusia terus menerus ditingkatkan. Akan tetapi, hal tersebut hanya sebatas pemahaman saja, dalam arti belum mencapai berbagai tindakan konkrit pada tataran realitas masyarakat dalam hidup serta kehidupan setiap hari.

tantangan-tantangan umum yang di hadapi umat beragama
Sebagian besar masyarakat atau penduduk Indonesia [termasuk umat beragama] berada di wilayah pedesaan pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Timor, dan lain-lain. Pada umumnya, masih banyak di antara mereka yang bergelut dengan kurangnya pendidikan karena ketiadaan dana; sarana dan prasarana sosial, ibadah, pendidikan yang terbatas; banyak yang dikategorikan sebagai keluarga pra sejahtera dan tertinggal.
 Namun, sebaliknya, masyarakat perkotaan, dalam banyak hal, lebih baik keadaannya. Walaupun demikian, masyarakat di perkotaan pun masih mempunyai berbagai ciri khas yang sekaligus berdampak pada pendekatan dalam pelayanan agama-agama. Misalnya,
  1. kota-kota metropolitan [misalnya Jakarta, Surabaya, Medan, dan lain-lain], dengan masyarakat multi etnis; tingkat ekonomoni-sosial yang beraneka ragam; adanya kaum miskin kota yang berdampingan dengan orang-orang kaya; mempunyai penduduk yang sarat dengan permasalahan; adanya kesenjangan yang cenderung memunculkan berbagai konflik sosial akibat dari hal-hal sepele; dan kadang-kadang pengaruh sisi gelap dari metropolitan tersebut merambah masuk ke dalam hidup dan kehidupan umat beragama
  2. kota-kota penyangga [misalnya, Bekasi, Tangerang, Sidoarjo, Mojokerto, dan lain-lain]; penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi; banyak waktu mereka yang terbuang di jalan raya; hari-hari efektif mereka terisi dengan pergerakan pulang-pergi ke metropolitan di dekatnya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain
  3. kota-kota industri dan urban yang ramai serta padat karena adanya industri di sekitarnya [misalnya Tenggarong, Balikpapan, Batam, dan lain-lain
  4. kota-kota [relatif] kecil namun penuh dinamika khas [misalnya Salatiga, banyak mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia; Kediri, buruh pabrik rokok; Madiun, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Timur dan Jawa Tengah; Cirebon, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat; Magelang, anggota militer; dan lain-lain].
Karakteristik masyarakat dan umat beragama seperti itu, sebetulnya sekaligus merupakan kekayaan dan tantangan bagi pemimpin-pemimpin keagamaan. Tiap-tiap umat beragama mempunyai ciri khas, namun hampir semuanya mempunyai kesamaan yang umum, yaitu anggota adalah orang dewasa dalam usia produktif; hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk sibuk bekerja atau mencari nafkah; mempunyai mobilitas tinggi karena tuntutan profesi; mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi serta mensejahterahkan keluarga; dan lain sebagainya. Di samping itu, umumnya ada semacam penyakit yang pada umat beragama sehingga mereka kurang [bahkan tidak mau] berperan di/dalam kegiatan-kegiatan agamawi, kecuali pada hari-hari raya keagamaan.

Di samping semuanya itu, pada era kemajuan tekhnologi dan komunikasi, agaknya peran umat beragama, seharusnya tidak melulu tertuju pada orang-orang seagama, melainkan menjangkau masyarakat di luar agamanya. Masyarakat yang terus menerus mengalami proses globalisasi, menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi sehingga berdampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial serta budaya, dan lain-lain. Dan, ketika masyarakat [yang di dalamnya termasuk anak-anak] berubah serta menerima nilai-nilai baru yang didapat akibat bebasnya arus informasi. Pada sikon itu, misalnya anak-anak yang mengalami pengaruh bebasnya arus informasi, kemudian mereka menggunakannya untuk berhadapan dengan orang tuanya, maka bisa saja akan muncul benturan-benturan serta gesekan-gesekan. Benturan-benturan itu bisa juga akibat perbedaan persepsi di antara keduanya; misalnya perbedaan menanggapi dan bersikap terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dan jika orang tua tidak siap, tanpa wawasan yang luas, kurang sigap mengamati dan memperhatikan perkembangan masyarakat, maka benturan-benturan tersebut akan semakin menjadi suatu pertikaian yang tak henti;pertikaian yang berujung pada retak dan renggangnya hubungan inter dan antar anggota keluarga, serta orang tua dengan anak, dan lain sebagainya. Dan tidak menutup kemungkinan, adanya pelarian sumber daya insani [terutama angkatan muda yang berpendidikan dan dinamis serta kreatif] ke pelbagai agama yang membuka kesempatan kepada mereka untuk berkreasi sesuai perkembangannya.

Oleh sebab itu, umat beragama perlu berbuat lebih banyak lagi [karena pada umumnya mereka mempunyai kemampuan untuk itu]. Itu berarti membutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi masalah serta dukungan lingkungan kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Hal itu harus terjadi, karena adanya permasalahan sosial di/dalam masyarakat [konteks umat beragama berada]. Misalnya, kekerasan [dari orang dewasa dan sosial] terhadap masyarakat, terutama kepada wanita dan anak-anak; kenakalan remaja [di rumah, sekolah, lingkungan] dan berbagai dampak yang mengikutinya; penyalahgunaan obat-obatan; mudah mengikuti unsur-unsur budaya asing [dengan tanpa berpikir kritis] yang ditampilkan melalui media massa; premanisme serta pelbagai tindak kriminal; masalah seksual; masalah kaum urban dan masyarakat miskin kota di daerah-daerah kumuh; benturan budaya sebagai pendatang di kota metropolitan; ketidakmampuan ekonomi yang berimbas pada faktor kesehatan dan pendidikan, dan lain lain.

Dalam konteks seperti itulah, umat beragama hadir dan ada. Dengan demikian, mau tidak mau, umat beragama berperan dan harus terlibat serta melibatkan diri untuk mengatasi hal-hal tersebut. Jika umat beragama hanya mengfokuskan diri pada hal-hal yang hanya berhubungan dengan ibadah rutin, maka peran dan pelibatan diri tersebut tidak terlihat bahkan tak berdampak apa-apa pada orang lain [termasuk tidak mampu melindungi anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam permasalahan sosial serta kriminal di/dalam masyarakat] serta masyarakat luas.
Pada diri setiap umat beragama, seharusnya ada panggilan, tugas, tanggung jawab untuk memperbaiki masyarakat dengan talenta dan kemampuan yang ada padanya. Oleh sebab itu, perlu suatu perubahan pemikiran dalam rangka meningkatkan peran keseluruhan umat beragama [misalnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia], pada agamanya dan masyarakat. Dengan itu akan terjadi suatu paduan kekuatan dan kemampuan dalam rangka membangun manusia dan masyarakat yang sejahtera. Pada dasarnya ada banyak peran Agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta masyarakat seluas-luasnya.

Manusia beragama karena adanya alasan-alasan tertentu; dan ketika seseorangmengikatkan dirinya pada institusi keagamaan, tersirat dari dan dalam dirinya, bahwa ia harus mendapat keuntungan serta kepuasan dari tindakannya itu. Ini berarti, agama sebagai suatu sistem ajaran harus membawa perbaikan dan perubahan total pada manusia yang beragama atau umat. Jadi, agama berperan untuk perubahan manusia; sebaliknya manusia pun dapat berubah karena adanya agama; manusia bisa berubah karena kekuatan agama dan juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, ada beberapa peran yang bisa dilakukan agama; bukan berarti agama adalah pribadi yang bisa melakukan sesuatu; melainkan peran yang dilakukan oleh institusi agama atau umat beragama, terutama mereka yang berfungsi sebagai pemimpin-pemimpin keagamaan. Pada dasarnya ada banyak peran Agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta pada masyarakat;

Warga Negara dan Negara

Pendidikan Bela Negara
Sistem ketahanan negara, khususnya bagi bangsa Indonesia, adalah sesuatu yang sangat penting. Bukan saja karena ada kebutuhan dan tuntutan empirik-objektif kondisi wilayah Indonesia dan pluralisme sosial bangsa Indonesia, tetapi demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia sendiri. Tanpa memerhatikan masalah seperti ini, maka setiap orang akan mengalami kesulitan mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Salah satu solusi jangka panjang menciptakan sistem ketahanan negara yang tangguh adalah melalui pendidikan bela negara. Pendidikan dimaksud sesuai amanat Pasal 30 UUD 1945 bahwa setiap warga negara memiliki kewajiban untuk bela negara. Pendidikan bela negara menjadi sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empirik yang berkembang saat ini dan menjadi satu kebutuhan Indonesia, untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Melalui pendidikan bela negara, diharapkan terbangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia yang kuat dan kokoh. Kesadaran kolektif ini akan menjadi fundamen ketahanan negara, di masa kini dan masa yang akan datang. Di samping itu, melalui pendidikan bela negara, diharapkan akan tersosialisasikan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, atau kebangsaan secara rasional, objektif, dan kontekstual.
Letak Indonesia
Hal paling menonjol dan perlu diperhatikan secara seksama, adalah Indonesia berada pada persilangan dua kekuatan besar dunia. Secara geografis, Indonesia berada di persilangan dua benua Asia dan Australia. Dua samudra Hindia dan Pasifik. Kedua letak geografis ini, sudah dikenal lama dan mungkin juga sudah familiar di telinga bangsa Indonesia.
Sementara itu, banyak yang khilaf mengenai letak bangsa Indonesia dari sisi yang lain. Kekhilafan ini menyebabkan kita kurang memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi, terhadap masa depan ketahanan negara Indonesia. Dalam konteks ini, ada dua letak Indonesia yang perlu mendapat perhatian seksama.
Pertama, letak ideologi. Setuju atau tidak, diakui atau tidak, Indonesia sebenarnya ada di antara persilangan ideologi dunia yang berbeda. Di sebelah Timur ada Australia yang berhaluan liberalisme-kapitalisme. Bahkan, kita dapat menyebutkannya sebagai negara Barat yang ada di Timur. Australia adalah negara benua yang memiliki haluan kapitalisme-liberalisme, sebagaimana yang berkembang di dunia Barat. Sementara, di sebelah Barat Indonesia berbatasan pula dengan negara Asia yang memiliki ideologi sosialis-komunis, khususnya negara Cina.
Kedua, letak ekonomi. Dari sisi mana pun, Indonesia merupakan negara yang berada di daerah persilangan ekonomi yang sangat besar. Indonesia ada di persilangan negara kapitalis-sosialisme. Ekonomi-ekonomi negara Australia dan Singapura adalah negara-negara pengusung kapitalis. Sedangkan negara Cina, masih mengedepankan sistem ekonomi sosialis.
Francis Fukuyama 1998-an, sudah memproklamasikan kemenangan kapitalisme-liberalisme dalam pentas peradaban dunia. Ideologi kapitalisme-liberalisme saat ini, telah menjadi satu ideologi dunia yang kuat dan kokoh, setelah ideologi sosialisme runtuh, khususnya ditandai runtuhnya kampiun sosialisme Eropa yaitu Uni Soviet.
Kendati demikian, keruntuhan Uni Soviet tidak serta merta diikuti melemahnya ideologi sosialisme. Hal ini, ditunjukkan munculnya Cina. Negara sosialis ini muncul dan menggeliat, menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia. Produk-produk Cina bermunculan menjadi kompetitor produk ekonomi Asia atau pabrikan Barat lainnya. Barang elektronik dan otomotif dari Cina, sudah merambah ke berbagai penjuru dunia. Ini adalah contoh bahwa Cina mulai menunjukkan kekuatan ekonominya di dunia.
Peta persilangan ini menjadi sangat penting, khususnya bila dikaitkan dengan tarikan ideologi dunia terhadap kultur masyarakat Indonesia. Secara sederhana, dengan adanya tarikan kedua ideologi itu, akankah negara Indonesia terjebak dan hanyut dalam sistem ekonomi dunia atau sistem ideologi dunia? Apakah Indonesia akan memiliki karakteristik keunikan sistem kehidupan ekonomi dan kehidupan berbangsa yang berbeda, dengan sistem ekonomi dunia atau sistem ideologi yang lainnya? Inilah pertanyaaan menarik untuk diperhatikan oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia saat ini.
Pengalaman masa lalu
Krisis multidimensi berkepanjangan yang menimpa bangsa Indonesia, perlu ditafsirkan dalam konteks ini. Artinya, krisis nasional Indonesia merupakan satu pertanda permainan ideologi dunia yang sedang melanda bangsa Indonesia. Korea Selatan, dengan ideologi kapitalisme Barat nya, mampu menunjukkan kecepatannya dalam memulihkan krisis ekonomi nasionalnya. Padahal, krisis moneter akhir abad XX waktu itu, sebelum menimpa Indonesia, menghantam nilai Won Korea terlebih dahulu. Tapi, temyata mereka dapat pulih kembali dengan cepat.
Hal yang menarik, justru Cina hampir tidak terkena badai krisis moneter tersebut. Terhadap kondisi ini, patut diajukan pertanyaan, mengapa dapat terjadi seperti itu? Salah satu alternatif jawabannya adalah fundamental ekonomi Cina yang kokoh, sehingga sistem ketahanan negara di bidang ekonomi ini, mampu bertahan dari serangan badai krisis akut yang melanda dunia.
Pada sisi lain, bukan hanya Korea Selatan yang kapitalis, namun Cina yang sosialis, begitu kuat dan kokoh dari serangan krisis. Negara jiran Malaysia, yang merupakan salah satu negara yang terkena badai krisis ekonomi, ternyata hanya dalam hitungan bulan mampu menunjukkan kebangkitannya kembali. Negara ini, selain memiliki wajah ekonomi kapitalis, tetapi memiliki wajah ekonomi syariah. Salah satu kebijakan politiknya, Mahathir Muhammad di saat masih menjabat sebagai Perdana Mentri Malaysia adalah menolak bantuan IMF dalam memulihkan ekonomi mereka. Padahal, IMF adalah instrumen kapitalisme global.
Jika Korea dapat pulih dengan IMF, Malaysia dapat pulih dengan menjauhi IMF. Bagaimana Indonesia? Sekali lagi kita temukan, Indonesia adalah negara yang masih gamang. Bukan hanya gamang dalam ideologi, tetapi juga gamang dalam ekonomi. Dalam konteks pemulihan ekonomi nasional ini, Indonesia gamang. IMF diterima setengah hati, bangkit dengan keunikan ekonomi koperasi sebagai sokoguru nasional Indonesia juga setengah hati, muncul dengan ekonomi syariah setengah hati. Akibatnya, sudah sangat jelas, kita tidak mudah keluar dari krisis nasional.
Dari sisi ideologi, akibat ketidakjelasan kepemihakan bangsa Indonesia, kita menjadi bulan-bulanan politik dunia. Australia, yang bernafsu menjadi polisi dunia di Asia Pasifik, begitu semangat mendukung program-program globalisasi atau kapitalisme dunia. Dalam masalah perang melawan terorisme, Australia menjadi negara terdepan dalam mengampanyekannya. Bahkan, Australia sebagai negara Timur, menjadi pendukung utama penyerangan ke Irak. Australia seolah-olah menjadi saudara kembar Amerika Serikat dalam berbagai kampanye dunia global, kampanye kapitalisme, dan kampanye antiterorisme.
Sebagai satu negara kembar Barat yang ada di Timur, Australia kerap mengejutkan nurani bangsa Indonesia. Program antiterorisme atau Detasemen 88 milik Polri, dalam operasinya, tidak terlepas dari pantauan Australia. Bahkan, angka 88 pun dihipotesiskan dan dinisbatkan kepada jumlah korban warga Australia dalam peristiwa bom Bali.
Pada satu bulan terakhir, Autralia kerap memunculkan kebijakan-kebijakan yang kurang menyamankan bangsa Indonesia. Pembelian senjata perang jarak jauh, statemen politik yang menyerang dan menyudutkan Indonesia, campur tangan Australia dalam beberapa kasus kriminal di Indonesia, merupakan sebagian persoalan keamanan negara yang terpengaruhi oleh peran Australia yang berobsesi menjadi polisi dunia di wilayah Asia Pasifik.
Pendidikan bela negara
Salah satu solusi jangka panjang menjaga keutuhan, keamanan, dan kenyamanan hidup berbangsa dan bernegara, Indonesia membutuhkan fundamental ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa fundamental ketahanan nasional yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk itu, solusinya adalah pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara.
Pendidikan bela negara ini menjadi penting, karena pertama kebutuhan legal. Secara hukum, khususnya merujuk Pasal 30 UUD 1945, setiap warga negara memiliki kewajiban bela negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan bela negara menjadi sesuatu hal yang legal dan dipayungi konstitusi negara yang sangat kuat.
Kedua, sebagaimana merujuk pada penjelasan di atas, pendidikan bela negara menjadi sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini, yaitu jika dikaitkan dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan kepentingan dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional.
Ketiga, kepentingan masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa yang akan datang. Dalam versi AS dan sekutunya, ancaman terbesar dunia zaman sekarang ini adalah terorisme. Terorisme dimaksud adalah terorisme negara dan teorisme kelompok. Negara besar yang kuat secara militer dan/atau kuat secara ekonomi-politik, merupakan ancaman yang potensial sebagai terorisme negara di masa yang datang. Sebagai contoh kasus penyerangan ke Irak. Kendati tidak mengantongi izin PBB, AS yang merasa kuat secara ekonomi dan militer, kemudian melaksanakan penyerangan ke Irak. Hal demikian, menjadi preseden dan indikasi bahwa negara yang kuat secara ekonomi dan militer, potensial menjadi terorisme negara kepada negara-negara lain. Dengan mengatasnamakan melawan terorisme, negara besar dapat menjadi negara teroris. Bahkan, Palestina sampai sekarang tidak pemah merasakan kenyamanannya sebagai satu negara berdaulat. Sementara, Israel dengan segala fasilitas hukum, fasilitas politik, serta fasilitas militernya dari AS, tetap menjalankan teror kepada masyarakat Palestina.
Contoh di atas, hanyalah sebagian kecil pengalaman dunia saat ini, yang dapat dijadikan rujukan bahwa ancaman masa depan Indonesia menuntun pentingnya upaya untuk pendidikan bela negara. Dengan program bela negara ini, diharapkan akan terbangun satu kesadaran kolektif nasional Indonesia yang kuat dan kokoh dalam membela bangsa dan negara Indonesia.

Masyarakat dan Budaya

            Jakarta sebagai ibu kota negara R.I. merupakan kota terbesar dan paling padat penduduknya di seluruh Indonesia, dengan penduduknya sekitar sembilan juta yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku-suku bangsa dari seluruh wilayah Indonesia. Keanekaragaman ditambah dengan pengaruh bangsa asing melahirkan keanekaragaman corak seni dan budaya. Beberapa lamanya daerah ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai bangsa dan suku suku bangsa dan bermacam-macam adat istiadat, bahasa dan budaya daerah masing-masing. Berbaurnya suku-suku bangsa dari seluruh tanah air dengan bangsa lain seperti Cina, Arab, Turki, Persia, Inggris dan Belanda mengakibatkan terjadinya perkawinan di antara mereka, sehingga terjadilah perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup hingga melahirkan corak budaya dan tata cara yang baru. Dengan demikian sejak abad ke 19 nampak suatu proto type etnis Betawi. Hal ini tergambar dalam cara dan kesenian masyarakat Betawi dimana ada pengaruh Arab, Cina, Portugis dan lain-lain.
            Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh masyarakat Betawi. Kesenian Betawi tersebut antara lain Lenong dan Topeng Blantik. Keduanya merupakan seni drama tradisional. Juga seni tari seperti tari Topeng, Ondel-ondel, tari Ronggeng Topeng dan lain-lain. Seni suara dan seni musiknya adalah sambrah, rebana, gambang kromong, tanjidor dan sejenisnya, bahkan wayangpun ada, wayang kulit Betawi menggunakan bahasa dialek Melayu Betawi
            Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksananya perkawinan tersebut. Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu melamarnya ke orang tua si gadis. Bila kedua belah pihak setuju, ditentukan hari untuk mengantarkan uang belanja-kawin yang biasanya diwakilkan kepada orang lain yakni kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukanlah upacara perkawinan. Selesai dilakukan akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, begitu pula dengan si gadis. Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan, di mana pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita. Dengan melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi irama rebana dan lagu-lagu marhaban barulah pengantin laki-laki diperkenalkan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding sebentar, kemudian pengantin laki-laki berdiri dan bergabung dengan orang-orang tua yang mengantarkan tadi. Sesudah upacara bersama ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.
            Komposisi penduduk Jakarta sangat beragam terdiri dari beberapa entitas etnis yang mendiami wilayah di DKI Jakarta (masyarakat local) diantaranya Sunda, Jawa, China dan penduduk asli Jakarta yang disebut “Orang Betawi,”. Selain entitas etnis dominan tersebut terdapat kelompok etnis besar masyarakat lainnya yang datang dari luar Jakarta diantaranya etnis Minangkabau, Batak, Manado dan Maluku dengan kepadatan penduduk 15.000 orang per kilometer persegi.
            Meskipun Jakarta sebagai kota kosmopolitan, namun seni budaya yang berakar pada tradisi nenek moyang masih terus terjaga keberadaannya. Kesenian Ondel-ondel, Tanjidor, Lenong, upacara adat Perkawinan dan Khitanan masih sering ditemui di beberapa pelosok kota Jakarta-disamping keberadaan seni-seni tradisional yang dibawa oleh masyarakat pendatang seperti Kuda Lumping, Reog Ponorogo, Wayang Golek, Wayang Orang dan Ketoprak.





PEMUDA DAN SOSIALISASI


REMAJA SEBAGAI HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA.

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja.

Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan
remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem.
Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah.

Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga.

Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

Tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:

-Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.

- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.

- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.

- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.

- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.

- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.

- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.

- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.

pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi

Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’

Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar
Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,.

Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan. Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat


Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

            Menurut pendapat saya, ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan ini sering terjadi di daerah pedesaan yang masyarakatnya masih kurang mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
            Setiap masyarakat yang berada di daerah pedesaan masih banyak yang tidak bersekolah karena alasan tidak adanya biaya. Alasan lainnya, ada yang mengatakan jarak dari rumah mereka ke sekolah sangat jauh sehingga mereka lebih memilih membantu orang tua mereka dalam mencari uang.
            Oleh karena itu tidak heran apabila setiap masyarakat yang berada di daerah pedesan kurang mendapat pendidikan formil maupun pengetahuan teknologi dan mereka masih hidup dibawah garis kemiskinan. Jujur, saya sangat sedih melihat kehidupan anak-anak di daerah pedesaan yang kurang maju dibandingkan dengan anak-anak di kota.
            Saya ingin anak-anak di daerah pedesaan bisa setara dengan anak-anak yang ada di kota. Tetapi saya mulai bisa merasa lega karena pemerintah sudah lebih bisa memperhatikan nasib rakyatnya yang kurang berkecukupan. Kini, pemerintah telah mengadakan program BOS yaitu Bantuan Operasional Sekolah. Program tersebut dapat membantu anak-anak di daerah pedesaan yang kurang mampu untuk bisa mendapatkan pendidikan wajib 9 tahun dan terbebaskan dari bayaran sekolah. Dan untuk anak yang berprestasi akan mendapat beasiswa di sekolah hingga ia bisa sampai sekolah tinggi.
            Menurut saya itu dapat memotifasi anak-anak agar lebih semangat untuk belajar dan menjadikan mereka untuk lebih maju kedepannya. Anak-anak Indonesia adalah generasi penerus bagi bangsa Indonesia. Anak-anak bisa membuat bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia tidak hanya dalam bidang pendidikan tetapi dalam bidang apapun. Contohnya saja, anak Indonesia ada yang berhasil menorehkan prestasi di dunia hingga dapat membanggakan nama negar kita ini di dunia internasional.
Dengan program pemerintah tersebut, anak-anak pedesaan yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sama dengan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan. Dan semoga saja dengan diadakannya program tersebut oleh pemerintah dapat menjadikan anak-anak Indonesia lebih cerdas, maju dan berkembang serta dapat membanggakan nama Indonesia ke dunia pendidikan Internasional.
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membantu masyarakat kita terbebas dari derita kemiskinan. Semoga negara kita dapat cepat lepas dari berbagai masalah yang telah lama menyelimuti negara kita ini. Permasalahan di negara kita ini dapat terselesaikan apabila rakyat Indonesia juga ikut membantu dan selalu kompak dalam berkehidupan bebrbangsa dan bernegara.
Kesimpulan:
Dari seluruh bahasan di atas dapat saya simpulkan, bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan teknologi dsan kemiskinan sangat erat hubungannya.
Apabila seluruh masyarakat di Negara ini dapat memiliki pendidikan dasar dan ilmu pengetahuan yang cukup, sama dengan Negara-negara lain yang sudah makmur di dunia, maka saya rasa kemiskinan di Negara ini akan berkurang.
Jadi jelas sekali ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sangat penting pada masyarakat miskin di Negara kita ini.

agama dan masyarakat

Fungsi agama
Ada tiga aspek yang slalu dipelajari, yaitu kebudayaan, system sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomenal sosial terpadu yan pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara system
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sacral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sacral. Dalam setiap masyarakat sanksi sacral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjarannya dan hukumannya bersifat duniawi dan supermanusiawi dan ukhrowi
Fungsi agama di bidang sosial dalam fungsi penentu di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu system nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang pentng adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan sendiri
Pada umunnya kecenderungan sekularisasi mempersempit ruang gerak kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas pada aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan anggota-anggotannya
Agama vbegitu universal, permanent dan mengatur dalam kehidupan,sehingga bila tidak memahami agama, akan sulit memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah, apa dan mengapa agama ada, unsure-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama
Dimensi ini mengidentifikasi pengaruh-pengaruh kepercayaan, praktek-praktek, pengalaman, dan pengetahuan keagamaan di dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang makna ajaran “kerja” dalam pengertian teologis
Dimensi keyakinan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan dapat diterima sebagai detail atau dasar analitis, namun hubungan-hubungan antara keempatnya tidak dapat diungkapkan tanpa data empiris

Senin, 29 November 2010

PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


Pertumbuhan penduduk yang makin pesat, mendorong pertumbuhan aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Dengan adanya pertumbuhan aspek tersebut, maka bertambahlah system pencarian hidup, dari homogenmenjadi kompleks.

Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan adalah 3 hal aspek kehidupan yang saling berkaitan. Penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena adanya penduduk. Sedangkan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu factor yang pentingdalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk khususnya.. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan maslah penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadapjumlah dan komposisi penduduk, juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau Negara bahkan dunia.

Waktu penggandaan penduduk dunia selanjutnya diperkirakan 35 tahun. Penambahan di suatu daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhioleh factor-faktor birografi seperti berikut :
1. Kematian (Mortalitas)
2. Kelahiran (Fertilitas)
3. Migrasi


Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa zaman batu terbagi atas :
1. Zaman batu tua (Paleolithikum)
2. Zaman batu muda (Neolithikum)

            Berdasarkan penelitian para ahli prehistoris, bagsa-bangsa Proto Autronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak besar maupun kecil  bersegi-segi itu berasal dari Cina Selatan, meyebar ke arah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke Semenanjung Malaka.

            Zaman batu muda (neolithikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman  ini mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membentuk masyarakat desa, bertani dan berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup.

            Suatu hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, adalah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum jaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.


Kebudayaan dan Kepribadian
Berbagai Antrophologi Budaya menunjukan bahwa terdapat korelasi di antara corak-corak kebudayaan dengan corak-corak kepribadian anggota-anggota masyarakat, secara garis besar. Kebudayaan suatu bangsa adalah cermin kepribadian bangsa yang bersangkutan.
Setiap masyarakat memiliki system nilai dan system kaidah sebagai konkretisasi, nilai dan kaidah berisikan harapan masyarakat, perihal perilaku yang pantas. Sebaliknya segala yang berbeda dari corak kebudayaan mereka dianggap rendah, aneh, kurang susila, bertentangan dengan kodrat alam, dsb.
Sebagai contoh di Indonesia pada umumnya, apabila seseorang hamil dan tidak memiliki suami, ia adalah profil seorang yang telah melanggaar adat/kebiasaan suatu keluarga, masyarakat dan bangsa pada umumnya. Sebab ia melanggar secara langsung atau tidak lingkungan masyarakat di mana ia berdomisili akan memberikan sanksi atas perbuatannya. Akan tetapi jika kasus ini terjadi di Negara barat umumnya mungkin dianggap biasa saja, karena tata budaya dan kepribadian yang sudah ada dan menjadi adat/kebiasaan dari daerah/bangsa masing-masing.
Sifat-sifat kepribadian yang berakar dari adat istiadat dan ajaran agama pada suatu kelompok masyarakat dapat dilakukan sebagai hokum adat. Di luar itu, cirri-ciri kepribadian suatu kelompok masyarakat/bangsa, juga tecermin dalam penampilan sikap hidup sehari-hari.
Namun tak hanya kesan negative yag timbul dari kebudayaan barat, adapula kesan positif yang dicerminkan para turis yang berkunjung ke Indonesia.
Ciri khas kepribadian suatu bnagsa dalam bentuk lain dapat sia amati dalam macam ragam karya budayanya. Seperti karya budaya/karya seni tari, seni pahat/seni ukir, sni sastra, seni bangunan, atau dalam bentuk ragam pakaian adat, berbagai ragam budaya dari ke bhinekaan suku-suku bangsanya.
Kepribadian bangsa Indonesia yang ramah tamah, suka  menolong, memiliki sifat gotong royong adalah ciri umum dari sekian banyak kepribadian suku-suku bangsa yang berada di Republik Indonesia, dan terpatri dalam cirri khas kepribadian bangsa
MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN


Pengertian Masyarakat
            Masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama.

Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
1. Masyarakat natuur, aitu masyarkat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan
2. Masyarakat kultur,  yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan dunia atau kepercayaan, misalnya : koperasi,  gereja dan sebagainya

Ciri-ciri yang menonjol pada  masyarkat kota :
1.  Kehidupan beragama berkurang bila dibandingkan kehidupan beragama di desa
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang tegas
4. kemungkinan untuk mendapat kerja lebih besar dibandingkan di desa
5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya yang di anut di masyarakat perkotaan
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota
7. Perubahan sosial tampak dengan nyata di kota, sebab kota-kota lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar


Ciri-ciri yang menonjol pada  masyarkat desa :
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih dalam dan erat dibandingkan masyarkat pedesaan
2.  Sistem kehidupan biasanya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut homogen

Perbedaan Desa dan Kota
1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2. Lingkungan hidup
3. Mata pencarian
4. Corak kehidupan sosial
5. Stratifikasi sosial
6. Mobilitas Sosial
7.  Pola interaksi sosial
8. Solidaritas Sosial
9. Kedudukan dalam hierarki sistem adminitrasi nasional

       Tipe interaksi sosial di desa dan di kota perbedaannya sangat kontras,  baik aspek kualitasnyamaupun kuantitasnya. Perbedaan yang penting dalam interaksi sosial di daerah pedesaan dan perkotaan antara lain :
1. Masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan tingkat mobilitas sosialnya rendah, maka kontrak pribadi per individu lebih sedikit. Demikian kontak melalui radio, televisi, majalah dan media lain
2. Dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Penduduk kota lebih sering kontak, tetapi cenderung formal sepintas lalu dan tidak bersifat pribadi, tetapi melalui tugas atau kepentingan yang lain. Di desa kontak sosial terjadi lebih banyak dengan tatap muka, ramah tamah, dan pribadi. Hal yang lain pada masyarakat pedesaan, daerah jangkauan kontak sosialnya biasanya terbatas dan sempit

            Menentukan kepemimpinan di daerah pedesaan cenderung banyak di tentukan oleh kualitas pribadi dan individu dibandingkan dengan kota. Keadaan ini disebabkan oleh luasnya kontak tatap muka, dan individu lebih banyak saling mengetahui daripada di daerah kota.

            Kesetiakawanan sosial atau kepaduan dan kesatuan,  pada masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan banyak ditentukan oleh masing-masing faktor yang berbeda. Pada masyarkat pedesaan kepanduan dan persatuan merupakan akibat dari sifat-sifat yang sama, dimana bagian dari mayarakat pedesaan hubungan pribadinya bersifat informal dan tidak bersifat kontrak sosial. Pada masyarakat pedesaan ada kegiatan tolong-menolong dan musyawarah yang pada saat sekarang masih dirasakan meskipun banyak pengaruh dari gagasan ideologis dan ekonomis.